Informasi Lengkap tentang pendidikan dan Pengajaran serta cara belajar mengajar di sekolah

Sarana-sarana Menciptakan Disiplin yang Baik

Sarana-sarana Menciptakan Disiplin yang Baik
           Disiplin merupakan seni latihan yang benar dengan fungsi utama melatih. Dengan kekuatannya disiplin bukan menghapus individu yang kurang bermutu atau yang tidak sempurna, melainkan melatih menjadi elemen patuh dan berguna.

Tetapi disiplin tidak bermaksud menjadikan semuanya sebagai elemen yang seragam, melainkan justru memilahnya, mengubah prosedurnya menjadi unit tunggal yang memadai. Menurut Michael Foucault bahwa disiplin adalah suatu mekanisme penaklukan (tetap/konstan) yang menghasilkan relasi patuh berguna, meningkatkan ketrampilan, kekuatan, daya guna tubuh, tetapi juga menguasai dan menempatkan tubuh kedalam relasi tunduk dan berguna. Oleh karena itu disiplin memiliki modalitas sederhana dan prosedur-prosedur minor, namun dengan cara itulah disiplin mengadakan invasi pada bentuk-bentuk yang lebih besar, mengubah mekanisme dan menentukan prosedur. Keberhasilan disiplin ini tidak diragukan lagi berasal dari penggunaan sarana-sarana sederhana yaitu pengawasan hirarki, normalisasi, dan kombinasi keduanya dalam suatu prosedur yang disebut pengujian. Ketiga sarana inilah yang diuraikan Foucault sebagai berikut :25
a.       Pengawasan Hirarki
Pelaksanaan disiplin mengandaikan suatu mekanisme yang memaksa melalui pemantauan yang tidak dapat dilihat oleh pihak yang dipantaunya. Disiplin memakai teknik yang membuat dirinya mampu melihat akibat yang dilaksanakannya.

Ditengah-tengah berkembangnya tekhnologi “opik” yang mengantar orang pada pengenalan berbagai rahasia ilmu fisika, muncullah suatu teknik penaklukan melalui “pemantauan” yang menyiapkan suatu pengetahuan baru mengenai manusia. Teknik pemantauan terhadap individu semula dilaksanakan melalui bangunan yang dibuat untuk mengawasi individu, membuatnya dapat diketahui dan menjadikannya patuh. Misalnya : bangunan sekolah, penjara, rumah sakit dan bengkel kerja. Yang semuanya didirikan untuk melaksanakan proyek disiplin. Perangkat disiplin yang sempurna memungkinkan pengamatan sekejap yang mampu memantau semuanya secara tetap.
b.      Normalisasi    
Foucault mensinyalir adanya mekanisme “hukuman kecil” di dalam inti disiplin. Misalnya : keterlambatan, ketidak hadiran, aktivitas kurang semangat, tingkah laku tidak sopan, berbicara bohong yang diterapkan pada bengkel kerja / sekolah. Hukuman disiplin ini dimengerti sebagai sesuatu yang dapat membuat anak-anak merasakan pelanggaran yang telah dibuatnya. Menurutnya hukuman disiplin bukanlah hukuman lembaga peradilan dalam skala yang ringan melainkan hukuman yang dikenakan terhadap segala yang menyangkut ketidaktepatan. Di dalam rezim disiplin, seluruh wilayah ketidaktepatan dihukum. Hukuman disiplin tidak hanya mengacu kepada ketaatan terhadap keteraturan yang ditentukan oleh hukum (law), program dan peraturan tetapi juga pada kodrat alami. Kodrat alami menjadi ukuran pelaksanaan hukuman. Kepada setiap anak hanya diberikan pelajaran yang sesuai dengan kemampuannya. Hukuman diberikan, bila anak tidak memenuhi ketepatan ukuran tersebut. Jadi dalam rezim disiplin, hukuman mengacu baik hal-hal yuridis maupun alami.
Menurut Foucault, hukuman disiplin memuat sistem ganda yakni hukuman (chatiments) dan pengajaran (gratification). Dalam sistem ini berfungsi proses pelatihan dan koreksi. Hukuman dihubungkan dengan tanda-tanda ganjaran dan hukuman. Para guru dianjurkan untuk lebih memberi ganjaran daripada memberi hukuman. Anak harus lebih didorong oleh minat untuk menerima hadiah daripada oleh rasa takut akan hukuman. Sistem penilaian dengan angka dapat menunjukkan tingkatan baik dengan yang kurang baik secara tepat. Disiplin menentukan individu-individu secara benar dan tepat. Hukuman dengan begitu diintegrasikan dalam lingkaran pengetahuan terhadap individu. Klasifikasi melalui tanda-tanda ini langsung dapat dilihat dan dikenakan tanpa memperhatikan umur atau pangkat. Hukuman hirarki memiliki akibat ganda. Hukuman ini menyebarkan orang berdasarkan tindakan dan sikapnya, yakni sesuai dengan tingkat ketrampilan yang diperoleh di sekolah. Pendek kata seni menghukum dalam rezim disiplin dimaksudkan bukan pada penghukuman badan melainkan diarahkan pada lima peran yaitu :
1.      Hukuman disiplin mengantar tindakan individu ke dalam keseluruhan wilayah perbandingan dan ruang yang terdiferensiasi.
2.      Hukuman disiplin membedakan individu satu dari yang lain.
3.      Hukuman mengukur kodrat individu secara kualitatif dan secara hierarkis.
4.      Hukuman memasukkan paksaan untuk menjadi sesuai dengan yang seharusnya secara alami.
            Menurut Foucault, hukuman disiplin ini tidak lain merupakan “normalisasi”. Hukuman ini berlawanan dengan hukuman pengadilan. Hukuman disiplin dilaksanakan bukan berdasarkan pada pembedaan individu melainkan dengan menentukan tindakan sesuai dengan sejumlah kategori tertentu (kemampuan, ketrampilan, kepatuhan individu). Hukuman ini bukan berasal dari pengetahuan manusiawi akan pengadilan kriminal atau dari tuntutan untuk menyesuaikan diri terhadap rasionalitas dan humanisme baru, melainkan dari tekhnik disiplin yang menjalankan mekanisme penghukuman yang menormalisir dan bersumber dari mekanisme normalisasi.
c.       Pengujian
Pengujian merupakan paduan dari teknik pengawasan hirarki dan normalisasi. Pengujian merupakan pemantauan normalitatif yang mampu mengklasifikasi, menentukan mutu dan menghukum yang dipantau. Pengujian menjadikan individu kelihatan dan melalui itu orang membedakan dan menentukannya. Oleh karena alasan di atas maka pengujian diritualkan. Foucault secara khusus menyelidiki sejarah pengujian (l’examen) : metode, karakter, peran, permasalahan, jawaban, sistem ganda, dan klasifikasinya. Di dalam pengujian tergabung baik eksperimen (pengamatan), penyabaran kekuatan dan pendirian kebenaran. Pengujian memperkenalkan seluruh mekanisme yang menghubungkan tipe tertentu pembentukan pengetahuan dengan bentuk tertentu. Pengujian meninggalkan catatan mengenai tubuh dan kehidupannya sehari-hari dan menempatkan individu ke dalam pemantauan jaringan penulisan. Prosedur pengujian disertai dengan sistem pencatatan intensif dan pengumpulan data serta dapat menghasilkan perbandingan antara berbagai fenomena, fakta dalam penyebaran individu, melalui pengujian setiap individu dicatat, ditentukan, diukur, diperbandingkan, dilatih, diklasifikasi, dan dinormalisasi. Pendek kata dipaparkan dalam suatu catatan (file). Pencatatan itu bukan lagi dimaksudkan untuk dijadikan suatu catatan peringatan di masa mendatang melainkan suatu dokumen yang dapat dipergunakan. Akhirnya pengujian / L’examen dengan menggabungkan pemantauan hirarki dan normalisasi menjadi pusat dari prosedur yang menjadikan individu baik sebagai akibat dan obyek pengetahuan.   
            Disitulah kita dapat merinci ruang / sarana cakupan disiplin antara lain : disiplin terhadap kewajiban beragama, aturan dan UU, waktu, perencanaan, anggaran, hierarki kepangkatan, hasil kesepakatan dan hubungan antar manusia
Labels: Pendidikan, Pengajaran

Thanks for reading Sarana-sarana Menciptakan Disiplin yang Baik. Please share...!

Back To Top