Pendekatan dan
Metode Dalam Menciptakan Kedisiplinan
Ada beberapa pendekatan yang dapat
digunakan dalam menciptakan kedisiplinan. Oleh karena permasalahan dan situasi
dalam dunia pendidikan senantiasa berubah-ubah, maka guru dituntut untuk
menguasai berbagai pendekatan. Tidak ada suatu pendekatan yang cocok untuk
semua situasi, dan setiap pendekatan mempunyai kelemahan dan keampuhannya
masing-masing. Pandangan otoriter meliat pengelolaan kelas semata-mata sebagai
upaya untuk menegakkan tata tertib.
Dengan berbagai cara siswa diarahkan
untuk mematuhi segala tata aturan yang berlaku di lingkungannya dan
sedapat-dapatnya dihindarkan dari pelanggaran sekecil apapun.
Sedangkan pandangan permisif memusatkan
perhatian pada usaha untuk memaksimalkan kebebasan siswa. Semua siswa diberi
kesempatan untuk melakukan apa saja yang dikehendaki dalam lingkungannya. Siswa
belajar dari apa yang dilakukannya dengan melihat kemanfaatan dan kemadaratannya,
yang pada akhirnya dia dapat menentukan suatu perilaku yang berarti bagi
dirinya.
Kedua pandangan ini bagaikan dua sisi
yang sangat berlainan. Suatu disiplin yang ketat dan kaku, tanpa disadari makna
dan hakikatnya, hanya akan menumbuhkan kepatuhan yang semu dan pada suatu saat
jiwa siswa akan berontak atau frustasi. Kebebasan yang tanpa batas akan
terperosok ke dalam kegagalan atau siswa terlalu mendewakan kata hati mereka.
Perpaduan kedua pandangan tersebut dapat kita pandang sebagai penyempurnaan
dari keduanya. Kapan dan dalam hal apa siswa harus tunduk kepada tata aturan
yang sudah disusun untuk membentuk pola perilaku yang diharapkan, dan kapan
serta dalam hal apa siswa diberi kebebasan untuk membuat dan menentukan aturan
sendiri sebagai pengembangan watak kemandirian. Pribadi yang memiliki
dasar-dasar dan mampu mengembangkan disiplin diri berdasarkan acuan nilai
moral. Sehubungan dengan itu disiplin diri dibangun dari asimilasi dan
penggabungan nilai moral untuk diinternalisasi oleh subyek didik sebagai
dasar-dasar untuk mengarahkan perilakunya. Orang tua dapat merealisasikannya
dengan cara menciptakan situasi dan kondisi yang dihayati oleh anak-anak agar
memiliki dasar-dasar dalam mengembangkan disiplin diri. Dan upaya ini berarti
orang tua telah merealisasikan pelaksanaan UU No.11 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (UUSPN) yang menyebutkan : Pendidikan dalam keluarga
memberikan keyakinan agama, nilai budaya yang mencakup nilai moral dan
aturan-aturan pergaulan serta pandangan, ketrampilan, dan sikap hidup yang
mendukung kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara kepada anggota
keluarga yang bersangkutan. Anak yang berdisiplin diri memiliki keteraturan
diri berdasarkan UUSPN di atas, artinya tanggung jawab orang tua adalah mengupayakan
agar anak berdisiplin diri untuk melaksanakan hubungan dengan Tuhan yang
menciptakannya, dirinya sendiri, sesama manusia dan lingkungan alam serta
mahluk hidup lainnya berdasarkan nilai moral.
Bernhard menyatakan bahwa tujuandisiplin adalah mengupayakan pengembangan minat anak menjadi manusia yang baik,
yang akan menjadi sahabat, tetangga, dan warga negara yang baik.
Salah satu upaya yang esensial maknanya
adalah mengundang anak-anak untuk mengaktifkan diri dengan nilai-nilai moral
untuk memiliki dan mengembangkan dasar-dasar disiplin diri. Dan demikian
menunjukkan perlu adanya posisi dan tanggung jawab dari orang tua. Karena orang
tua berkewajiban meletakkan dasar-dasar disiplin diri kepada anak, sekolah dan
masyarakat dikembangkan disiplin diri itu. Disiplin diri merupakan substansi
esensial di era global untuk dimiliki dan dikembangkan oleh anak karena
dengannya ia dapat memiliki kontrol internal untuk berperilaku yang senantiasa
taat moral. Dengan demikian anak tidak hanyut oleh arus globalisasi tetapi
sebaliknya ia mampu mewarnai dan mengakomodasi.27
Tipe yang paling efektif untuk
mendisiplinkan anak, termasuk penggunaan pendekatan yaitu : 28
a. Pendekatan Positif adalah pendekatan yang arahnya
kepada hal yang baik.
Contoh : Teladan, Bujukan/ pujian dan
Hadiah
b. Pendekatan Negatif adalah pendekatan yang arahnya
kepada hal yang buruk.
Contoh
: Hukuman
Disiplin efektif ada tiga syarat yaitu :
1. Menghasilkan / menimbulkan suatu keinginan perubahan
/ pertumbuhan pada anak.
2. Tetap terpelihara harga diri anak
3. Tetap terpelihara suatu hubungan yang rapat antara
orang tua dengan anak.
Sedangkan disiplin yang tidak efektif
adalah salah satu masalah terbesar dalam keluarga yang memiliki anak sulit.
Terletak pada kekaburan perilaku yang berdasarkan watak dan perilaku yang tidak
berdasarkan watak dan ketidak mampuan memperlakukan kedua jenis perilaku ini
dengan cara yang berbeda. Akhirnya dalam melaksanakan pendisiplinan yang
efektif dengan anak yang sulit, usahakan untuk tidak bertindak pada saat
suasana masih panas.
Dalam buku Ilmu Pendidikan, Drs. Sudirman N,dkk
menyebutkan beberapa pendekatan dam menciptakan disiplin kelas yang efektif,
antara lain
Labels:
Pendidikan,
Pengajaran
Thanks for reading Pendekatan dan Metode Dalam Menciptakan Kedisiplinan. Please share...!