Informasi Lengkap tentang pendidikan dan Pengajaran serta cara belajar mengajar di sekolah

Tujuan dan Macam Pendidikan Akhlak


Tujuan Pendidikan Akhlak

                        Pendidikan akhlak bertujuan agar dapat memahami, mengetahui dan mengerti ajaran agama yang sebenarnya yang nantinya diharapkan untuk menjadi manusia yang berbudi luhur sesuai dengan nilai-nilai islam. Hal ini tidak jauh berbeda dengan tujuan pendidikan agama islam pada umumnya yaitu:
"Membimbing anak agar mereka menjadi orang muslim sejati, beriman teguh, beramal saleh dan berakhlak mulia serta berguna bagi masyarakat, agama dan Negara". [1]
                       

                        Tujuan ini juga selaras dengan tujuan pendidikan Nasional yang termaktub dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) ba II pasal 4 :
"Pendidikan nasional bertujuan mencerdfaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman, dan bertaqwa terhadap tuhan yang maha esa dan berbudi luhur, memiliki pengetahuan,kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan". [2]
                       
                        Jadi pendidikan akhlak baik yang diterapkan dilembaga formal, informal maupun non formal adalah bertujuan untuk membentuk manusia kamil yang punya akhlak mulia dan membentuk pribadi yeng mempunyai keyakinan yang teguh yang selalu mengikuti petunjuk dari Allah Swt. Sebagaimana firman Allah :
Ïôgtƒ ÏmÎ/ ª!$# ÇÆtB yìt7©?$# ¼çmtRºuqôÊÍ Ÿ@ç7ß ÉO»n=¡¡9$# Nßgã_̍÷ãƒur z`ÏiB ÏM»yJè=à9$# n<Î) ÍqY9$# ¾ÏmÏRøŒÎ*Î/ óOÎgƒÏôgtƒur 4n<Î) :ÞºuŽÅÀ 5OŠÉ)tGó¡B ÇÊÏÈ  
Artinya :
"Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhoannya ke jalan keselamatann dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan seizin-Nya dan menunjuki mereka kejalan yang lurus"Al-maidah : 16)[3]
                       
                        Pendidikan akhlak perlu diberikan, sebab pendidikanlah yang banyak mempengaruhi seseorang untuk dapat menjadi orang yang baik. Pendidikan merupakan salah satu factor terbentuknya kepribadian seseorang. Karena itu pembinaan mental yang nantinya akan melahirkan akhlak seseorang perlu dikerahkan sejak manusia masih kecil, terutama oleh lingkungan keluarga atau orang tua, sebagaimana diungkapkan oleh Dr. Zakiah Daradjat :
"Pembinaan mental seseorang mulai ia kecil, semua pengalaman yang dilalui, baik yang disadari atau tidak ikut menjadi unsur-unsur yang menggabungkan dalam kepribadian seseorang. Diantara unsure-unsur terpenting yang akan menentukan corak kepribadian seseorang dikemudian hari adalah nilai-nilai yang diambil dari lingkungan terutama keluarga sendiri". [4]
                       
                        Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sebenarnya akhlak manusia bisa dirubah atau bisa dibentuk oleh factor  dari luar suatu misal melalui pendidikan atau usaha-usaha yang lain. Hal ini sesuai dengan firman Allah :
¼çms9 ×M»t7Ée)yèãB .`ÏiB Èû÷üt/ Ïm÷ƒytƒ ô`ÏBur ¾ÏmÏÿù=yz ¼çmtRqÝàxÿøts ô`ÏB ̍øBr& «!$# 3 žcÎ) ©!$# Ÿw çŽÉitóム$tB BQöqs)Î/ 4Ó®Lym (#rçŽÉitóム$tB öNÍkŦàÿRr'Î/ 3 !#sŒÎ)ur yŠ#ur& ª!$# 5Qöqs)Î/ #[äþqß Ÿxsù ¨ŠttB ¼çms9 4 $tBur Oßgs9 `ÏiB ¾ÏmÏRrߊ `ÏB @A#ur ÇÊÊÈ  
Artinya :
"Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada dari mereka sendiri". (QS. Ar Ra'du : 11)[5]
                       

                        Ayat tersebut semakin menguatkan asumsi bahwa akhlak mungkin saja dirubah. Dari sejarah diketahui betapa banyaknya orang arab yang berubah ahklaknya karena islam telah memberinya petunjuk, sehingga mereka menjadi penyayang, sekalipin mereka sebelumnya tidak berprikemanusiaan. Keadilan mampu mereka tegakkan walaupun sebelumnya mereka orang dholim. Karenanya Dr. Muhammad Yusuf Musa dalam kaitannya dengan perubahan yang memungkinkan ini mengatakan :
"Tidaklah diingkari mungkinnya perubahan akhlak dari buruk kebaik misalnya, kecua;li oleh orang yang takabur, mendustakan kenyataan yang kita rasakan dan saksikan sendiri, dan ini bukan hanya pada manusia tetapi pada hewan juga yang tidak dikaruniai oelh Allah kekuatan akal dan kesanggupan membedakan:. [6]
                        Oleh karena itu, disinilah pentingnya orang tua selalu memberikan didikan, bimbingan dan pengarahan kepada anak-anaknya terutama dalam membina dan mendidik mental spiritual (akhlak)nya. Apalagi pada jaman sekarang ini, dimana nilai-nilai moral sudah mulai kabur dan akhlak manusiapun semakin tidak diperhatikan lagi. Keadaan semacam ini sangat memerlukan kehati-hatian orang tua, kewaspadaan dan perhatian yang sungguh-sungguh agar jangan sampai salah langkah dan salah didik.

4. Macam-macam Akhlak
               Adapun macam-macam akhlak yang terdapat dalam sifat manusia ini menurut imam Ghazali terbagi menjadi dua yaitu akhlak yang baik (akhlakul mahmudah) dan akhlak yang buruk (akhlakul madzmumah).
                        Akan tetapi dalam skripsi ini tidak akan dibahas kedua macam tersebut secara keseluruhan, melainkan hanya yang berkenaan dengan akhlak baik saja, sebab akhlak yang buruk itu merupakan kebalikan dari akhlak yang baik. Adapun yang termasuk akhlak yang baik ialah :
a. Menunaikan Amanat
"Amanat adalah segala hak yang dipertanggung jawabkan kepada seseorang, baik hak-hak itu milik Allah (haqqullah) maupun hak hamba (haqqul adami), baik berupa pekerjaan maupun perbuatan dan kepercayaan". [7]                    
                        Sedangkan menurut Drs Barnawei Umary amanat ialah :
"Sesuatu yang dipercayakan kepada seseorang baik harta maupun ilmu ataupun rahasia yang wajib dipelihara atau disampaikan kepada orang berhak menerimanya". [8]
                       
                        Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa amanat ialah memelihara dan melaksanakan apa yang menjadi hak-hak Allah ataupun hak-hak manusia yang dipercayakan kepadanya. Amanat itu melengkapi segala apa yang dipertaruhkan kepada kita yakti amanat harus dipelihara, kita laksanakan serta kita layani, baik berupa harta, kehormatan maupun berupa sesuatu hak yang lain. Bahkan amanat melengkapi undang-undang yang tuhan telah pertaruhkan dalam tangan kita dengan maksud supaya kita menjaganya dan menyampaikannya kepada manusia pada umumnya.
                        Amanat adalah pandangan islam cukup luas pengertiannya, melambangkan arti yang bermacam-macam. Tetapi semuanya bergantung kepada perasaan manusia yang diserahi amanat. Oleh karena itu islam mengajarkan kepada pemeluknya agar bisa memelihara dan menjaga hak-hak Allah dan manusia. Allh menciptakan manusia bukan untuk berlenggang kangkung di atas bumi ini, tetapi mempunyai dan mengemban tugas-tugas sesuai dengan kemanusiaannya, baik terhadap dzat pencipta ataupun dengan sesamanya, bahkan dengan makhluk lain dan alam sekitarnya. Manusia sebagai mahluk Allah bertugasdan mempunyai kewajiban untuk mengerjakan perintah-perintah Allah secara komplit dan permanent dan menjauhi larangan-larangannya. Hartawan hendaklah memberikan sebagianhartanya yang merupakan hak orang lain yang dipercayakan kepadanya, penuh bertanggung jawab atasnya ilmuwan hendaklah memberikan ilmunya kepada orang yang memerlukan, orang yang diberi rahasia hendaklah menyimpan, memelihara rahasia itu sesuai dengan kehendak yang mempercayakan rahasia itu kepadanya dan lain sebagainya.
                        Kita sebagai manusia yang dinyatakan sebagai khalifah Allah dimuka bumi ini, banyak sekali mengemban amanat Allah dalam hubungannya dengan apa yang disebut hablum-minallah dan hablum-minannas. Dan halitu wajib dilaksanakan, sebagaimana firman Allah :
¨bÎ) ©!$# öNä.ããBù'tƒ br& (#rŠxsè? ÏM»uZ»tBF{$# #n<Î) $ygÎ=÷dr& #sŒÎ)ur OçFôJs3ym tû÷üt/ Ĩ$¨Z9$# br& (#qßJä3øtrB ÉAôyèø9$$Î/ 4 ¨bÎ) ©!$# $­KÏèÏR /ä3ÝàÏètƒ ÿ¾ÏmÎ/ 3 ¨bÎ) ©!$# tb%x. $JèÏÿxœ #ZŽÅÁt/ ÇÎÑÈ  
Artinya :
"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya , dan (menyuruh kamu) menetapkanhukum diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil, sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah maha mendengar lagi maha melihat" (QS. An Nisa : 58) [9]
                       

                        Dari Anas ia berkata : Rasulullah tidak berkhutbah di depan kami kecuali bersabda :
لا إيمان لمن لا أمانة له ولا دين لمن لا عهد له (رواه أحمد)
Artinya :
"Tidak sempurna iman seseorang yang tidak dapat dipercaya. Dan tidak sempurna agama orang yang tidak menunaikan janji". (HR. Ahmad) [10]
                       
                  Kebanyakan orang awam suka menyempitkan pengertian amanat hanya kepada urusan menjaga titipan saja, padahal sebenarnya pengertian amanat dalam islam cukup luas dan berat tanggung jawabnya. Ada tiga amanat yang pokok kepada manusia yang harus dilaksanakan dan dipelihara sebagaimana mestinya, yaitu
"1) Ilmu pengetahua. Ilmu pengetahuan bersumber dari Allah yang diberikan kepada mereka yang berpredikat ulama, kaum cerdik pandai dan kaum intelektual. Mereka ini bertanggung jawab untuk memelihara ilmu, menyiarkan, menggali dan mengembangkannya.
2) Kekuasaan, kekuasaan itu adalah milik Allah yang diberikan kepada mereka yang memegang kekuasaan, yaitu pemimpin-pemimpin rakyat, tokoh-tokoh masyarakat baik bertarap formal maupun bukan bertarap formal,baik berkaliber regional nasional ataupun bertarap internasional, kekuasaan yang ada ditangan mereka itu adalah amanat Allah yang harus dijunjung tinggi yang dilaksanakan dengan sesuai pada norma-norma yang ditentukan Allah dan Rasul-Nya.
3) Harta. Harta pada hakekatnya adalah kepunyaan Allah yang dilimpahkan di tangan mereka yang disebut dengan hartawan, usahawan atau produsen, untuk mengurusnya dengan baik pula sesuai dengan prinsip-prinsip yang ditetapkan Al-quran dan Al-Hadits". [11]

b. Sabar
"Sabar ialah tahan menderita yang tidak disenangi dengan ridha dan menyerahkan diri kepada Allah"
                       
                        Dan bukanlah disebut sabar orang yang menahan diri dengan paksa, tetapi sabar yang hakiki ialah sabar yang berdiri atas menyerah kepada Allah dan menerima ketetapan Allah dengan lapang dada.
                        Sabar juga bukan berarti menyerah tanpa syarat tetapi sabar adalah terus mengusahakan dengan hati yang tetap, berikhtiyar sampai cita-cita dapat berhasil dan dikala menerima cobaan dari Allah, wajiblah ridha dan hati yang ikhlas.
                        Sebagai hamba Allah, kita tidak terlepas dari segala ujian dan cobaan yang menimpa kita, baik musibah yang berhubungan dengan pribadi kita sendiri, maupun musibah dan bencana yang menimpa pada kelompok manusia maupun bangsa. Terhadap segala macam kesulitan dan kesempitan yang bertubi-tubi dan sambung menyambung, maka hanya sabarlah yang memancarkan sinar yang memelihara seorang muslim dari kejatuhan kebinasaan, memberikan hidayah yang menjaga dari putus asa. Sebagai muslim wajib meneguhkan hatinya dalam menanggung segala ujian dan perhatian dengan tenang, sabar adalah suatu bagian dari akhlak utama yang dibutuhkan seseorang baik dalam masalah dunia ataupun agama. Perintah untuk bersabar ini dalam Al-quran diantaranya :
¢Óo_ç6»tƒ ÉOÏ%r& no4qn=¢Á9$# öãBù&ur Å$rã÷èyJø9$$Î/ tm÷R$#ur Ç`tã ̍s3ZßJø9$# ÷ŽÉ9ô¹$#ur 4n?tã !$tB y7t/$|¹r& ( ¨bÎ) y7Ï9ºsŒ ô`ÏB ÇP÷tã ÍqãBW{$# ÇÊÐÈ  

Artinya :
"Hai anak ku dirikanlah sholat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuatan munkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah". (Qs. Luqman : 17)  [12]

(#qãZŠÏètFó$#ur ÎŽö9¢Á9$$Î/ Ío4qn=¢Á9$#ur 4 $pk¨XÎ)ur îouŽÎ7s3s9 žwÎ) n?tã tûüÏèϱ»sƒø:$# ÇÍÎÈ  

Artinya :
"Jadikanlah sabar dan shalat penolongmu, dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu". (QS. Al- Baqarah 45) [13]

                        Dalam hadits. Rasulullah Saw. Bersabda, yang artinya :
Artinya :
"Barang siapa yang berlatih kesabaran, maka Allah akan menyabarkannya. Dan tidak ada seorang yang mendapat karunia (pemberian) Allah yang lebih baik atau lebih luas dari pada sabar". (HR. Bukhari). [14]

                        Dalam hadits lain, yang artinya :
Artinya :
"Bersabar adalah cahaya yang gilang gemilang ". (HR.Muslim)[15]
                        Dan masih banyak ayat-ayat maupun hadits-hadits yang menyuruh kita untuk bersabar.
                        Sabar adalah diantara tanda-tanda kebesaran dan lambing kesempurnaan serta merupakan unsure-unsur keberanian yang matang dan kepahlawanan yang tinggi, bagi yang mampu menahan kesabaran di dalam hidup yang merupakan perjuangan baik untuk bekal di dunia atau di akhirat. Niscaya akan memperoleh kesenangan walaupun dalam waktu yang lama.

c. Tawakkal.
                        Yang dimaksud dengan tawakkal adalah :
"Berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam menghadapi suatu pekerjaan atau keadaan atau menyandarkan diri kepada Allah Swt. Tatkala menghadapi suatu kepentingan, dalam waktu kekurangan, teguh hati tatkala ditimpa bencana dengan jiwa dan pikiran yang tenang serta hati yang kuat". [16]

                        Sedangkan menurut Drs. Kahar Mansyur, Tawakkal :
"Menyerah atau pamrih sepenuhnya. Bertawakkal kepada Allah ialah menyerahkan permasalahan kepada Allah sepenuhnya, sehingga apa pun keputusan yang diberikannya tidak ada rasa sedih lagi, tetapi menerimanya dengan sepenuh hati".[17]
                       
                        Berdasarkan kedua pendapat tersebut di atas, maka dapat dipahami bahwa tawakkal ialah menyerahkan semua urusan kita sepenuhnya kepada Allah sesudah kita berusaha semaksimal mungkin, sehingga mau menerima keputusan dan ketetapan yang diberikan Allah padanya dengan hati yang ikhlas.
                        Berbicara soal tawakkal, mak haruslah pula kita mengetahui tentang usaha manusia (ihktiyar). Ada hubungan yang sangat erat antara ikhtiyardan tawakkal. Janganlah sekali-kali meletakkan tawakkal pada proporsi yang salah dan keliru maqomnya, karena hal itu justru akan sangat berbahaya terhadap hidup dan kehidupan kita. Tawakkal harus diletakan sesudah kita berikhtiyar yang memenuhi persyaratan-persyaratannya. Dalam hal ini Drs. Kahar Mansyur menjelaskan tentang bagaimana cara bertawakkal yang baik yaitu :
"1) Memasang niat baik
2) Penuh harapan akan berhasil
3) Sesudah berusaha memaksimalkannya
4) berpedoman ajaran Allah
5) Sedia menerima keputusan yang diberikan
6) Baik sangka akan berhasil".[18]

                        Adapun dalil yang menyuruh kita berbaik sangka adalah sebuah hadits yang artinya :
"Siapa yang bercita-cita hendak berbuat baik tetapi belum sempat dikerjakannya, pada Allah menuliskan pada sisi-Nya sebagai suatu amal yang sempurna dan jika ia bercita-cita dan dikerjakannya, maka ia dituliskan pada sisiNya sepuluh kebaikan sampai 700 ganda dan ganda yang lebih banyak lagi (sesuai dengan ikhlasnya)".(HR. Bukhari-Muslim)[19]        
                       
                        Dalam Al-quran banyak sekali ayat-ayat yang menyuruh kita untuk bertawakkal, diantaranya :
 n?tãur «!$# (#þqè=©.uqtGsù bÎ) OçGYä. tûüÏZÏB÷sB ÇËÌÈ  
Artinya :
"Hanya kepada Allahlah kamu hendaknya bertawakkal jika kamu benar-benar orang yang beriman" (QS. Al-Maidah :23) [20]

y #sŒÎ*sù |MøBztã ö@©.uqtGsù n?tã «!$# 4 ¨bÎ) ©!$# =Ïtä tû,Î#Ïj.uqtGßJø9$# ÇÊÎÒÈ  
Artinya :
"Apabila kamu sudah mengambil keputusan (bulat tekadmu) Bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang –orang yang bertawakkal kepadaNya".(QS. Ali Imran : 159) [21]

                        Islam menyuruh para pengikutnya untuk bertawakkal kepada Allah. Sebab dengan bertawakkal, orang hidupnya tidak akan mengalami kebingungan dan tidak akan pernah merasa putus asa di dalam hidupnya walaupun ditimpa bermacam-macam cobaan dan kepahitan serta kegagalan yang silih berganti, sebab orang yang bertawakkal selalu yakin dan percaya bahwa semua yang terjadi atas dirinya adalah dari Allah yang didalamnya terkandung hikmah yang sangat berarti. Tawakkal merupakan potensi dan kekuatan yang dahsyat bagi jiwa dalam menghadapi usaha-usaha yang berat, terasa ringan oleh rohani dan jasmani, serta terhindar dari jurang kenistaan. Akan tetapi tawakkal yang salah letaknya, akan mengakibatkan diri seseorang menjadi beku (statis) tidak bisa berpacu dalam berbuat yang maslahat dan tidak bisa mngfungsikan dirinya sebagai mahluk yang fungsional.

d. Bersyukur
"Syukur berasal dari kata bahasa arab "syukrun" yang berate mengingat atau menyebut nikmatnya dan mengagungkannya. Jadi bersyukur atas Allah berarti "menyebut nikmat Allah atas kita dan mengagungkannya". [22]

                        Bertitik tolak dari pengertian diatas, maka dapat dipahami bahwa bersyukur ialah mengingat nikmat-nikmat Allah yang diberikan Allah kepadanyaserta mempergunakan nikmat itu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Allah. Orang dianugrahi nikmat yang berupa umur, maka sudah sepantasnya kita gunakan untuk mengabdi kepada Allah dengan arti yang sebenar-benarnya. Kita dianugrahi nikmat yang berupa harta, maka harta itu harus kita gunakan di dalam jalan yang diridhai oleh Allah. Itulah rasa terimakasih dan rasa syukur yang sebenarnya. Jadi bukan hanya cukup dengan mengingat dan menyadari bahwa kita diberi nikmat yang sangat banyak oleh Allah, tetapi yang lebih penting ialah bagaimana kita menggunakan nikmat itu sesuai dengan apa yang diridhoi oleh Allah.

Macam-macam Syukur  

"1)    Bersyukur dengan lisan atau lidah.
         Caranya ialah mengingat dan menyebut-nyebut nikmatnya atas kita. Bukan karena sombong, tetapi karena senang dan bangga. Kita ucapkan Alhamdulillah"segala puji bagi Allah atas segala nikmat yang diberikannya".
2)      Bersykur dengan badan atau tubuh.
         Caranya ialah kita rajin melakukan apa yang diperintah Allah Swt. Seperti sholat yang lima, pergi bergotong royong pada yang baik, menafkahkan sebagian dari pada rizqinya dan lain-lain.
3)      Bersyukur dengan benda atau Harta.
         Caranya ialah kekayaan kita pakai untuk kepentingan yang diperlukan Allah Swt. Untuk biaya keluarga secara wajar, memberikan bantuan kepada masjid atau fakir miskin dan lain sebagainya." [23]
                       
                        Allah senantiasa mencurahkan nikmatnyakepda kita dengan bermacam-macam nikmat yang tidak dapat dihitung jumlahnya. Walaupun kita jadikan air lautan untuk jadi tinta dan semua ranting dan batang kayu menjadi tangkai penanya belumlah akan dapat terhitung jumlah nikmat Allah yang kita pergunakan tiap-tiap hari, mulai dari sejak terbitnya matahari sampai terbenamnya dan terbitnya lagi. Dalam hal ini Allah berfirman :
bÎ)ur (#rãès? spyJ÷èÏR «!$# Ÿw !$ydqÝÁøtéB 3 žcÎ) ©!$# Öqàÿtós9 ÒOÏm§ ÇÊÑÈ  
Artinya :
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak dapat menentukan jumlahnya". (QS. An Nahal: 18)[24]
                       
                        Sungguh benar firman Allah itu andai kata kita ingin juga hendak menghitungnya satu persatu, mengenai macam nikmat yang kita masukkan kedalam perut kita yang lewat kerongkongan, rasanya akan payah kita menghitungnya, belum lagi nikmat yang lainnya. Karena itu maka sudah sangat wajar apabila kita mensyukurinya. Hal ini memang merupakan perintah dari Allah sebagai pemberi nikmat, sebagaimana firmannya :
øŒÎ)ur šc©Œr's? öNä3š/u ûÈõs9 óOè?öx6x© öNä3¯RyƒÎV{ ( ûÈõs9ur ÷LänöxÿŸ2 ¨bÎ) Î1#xtã ÓƒÏt±s9 ÇÐÈ  
Artinya :
"Ingatlah pemberitahuan tuhanmu; jika kamu bersyukur nuiscaya kamu tambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-ku) , maka sesungguhnya siksaku amat pedih". (QS. Ibrahim :7) [25]

e. Tawadhu'.
                        Tawadhu' lawannya takabur; tawadhu ialah :
"Memelihara hubungan dan pergaulan sesama manusia tanpa perasaan kelebihan diri dari orang lain serta tidak merendahkan orang lain, maksudnya memberikan setiap hak pada yang mempunyainya, tidak meninggikan diri dari derajat yang sewajarnya,tidan menurunkan pandangan terhadap orang lain dari tingkatnya, dimana tawadhu' menyebabkan diri memperoleh ketinggian dan kemulyaan". [26]

                        Dikatakan oleh Al Mas'udiy bahwa tawadhu' ialah
"Memberikan kepada orang lain (yang berhak) haknya tanpa dikurangi dan dilebihinya. Dengan kata lain tawadhu' adalah "tahu diri" atau rendah hati, suatu sifat tidak suka memamerkan, insaf dimana kedudukan yang sebenarnya, sehingga tidak lebih keatas dari yang sebenarnya dan tidak pula kebawah. Jadi bukanlah merendah diri, sebagaimana orang kerap kali salah mengirakannya. Orang yang tau diri (tawadhu') tidak merasa kecil dirinya dihadapan orang yang berkedudukan tinggi dan tidak pula merasa besar dirinya dihadapan rakyat biasa". [27]
                       
                        Orang yang pandai menguasai diri ialah orang yang tahu tempat duduknya, tahu apa yang ada dalam dirinya akan kekurangan-kekurangannya. Sebagaimana kita ingat perkataan sahabat umar bahwa saya berharap, hendaklah seorang amir bergaul dengan rakyatnya serupa mereka saja, tetapi disana tetap juga jelas bahwa dia amirnya.
                        Setiap manusia masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan, oleh karena itu janganlah menghina orang lain. Maka barang siapa tawadhu' terhadap sesame manusia niscaya akan disenangi, disegani, dihormati orang dalam bergaul. Allah melarang manusia bersifat sombong, sebagaimana firmannya :
Ÿw tPty_ žcr& ©!$# ÞOn=÷ètƒ $tB šcrÅ¡ç $tBur šcqãYÎ=÷èム4 ¼çm¯RÎ) Ÿw =Ïtä šúïÎŽÉ9õ3tGó¡ßJø9$# ÇËÌÈ  
Artinya :
"Tidak diragukan lagi bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong". (QS. An Nahal :23)[28]

                        Rasulullah Saw. Bersabda, yang artinya :
"Tiga hal yang menghancurkan ialah : mengikuti nafsu kikir, mengikuti hawa nafsu dan ujub merasa diri hebat manusia terhadap dirinya". (HR.Bazar dan Baihaqi) [29]

f. Ta'awun.
   "Ta'awun ialah bertolong-tolongan di dalam kebaikan, bukan tolong menolong dalam kemungkaran".[30]

                        Bertolong-tolongan adalah cirri kehalusan budi, kesucian jiwa, ketinggian akhlak dan membuahkan cinta antara teman, penuh solidaritas dan penguat persahabatan serta persaudaraan.
                        Perlu kita ketahui bahwa manusia adalah merupakan monodualis yang terdiri dari jasmani dan rohani, sebagai mahluk individual dan mahluk social. Karena itu manusia tidak akan terlepas dari manusia yang lain. Manusia tidak akan dapat hidup sendiri tanpa berhubungan , bantuan ataupun pertolongan orang lain. Bagaimana pun hebatnya manusia itu pada suatu ketika pasti membutuhkan pertolongan orang lain baik itu sifatnya materi maupun non materi.
            Menyadari akan hal tersebut, maka sudah selayaknyalah apabila kita menerima dan mengaktualisasikan konsep yang telah diajarkan islam, yaitu konsep tolong menolong (Ta'awun), Seperti firman Allah :
(#qçRur$yès?ur n?tã ÎhŽÉ9ø9$# 3uqø)­G9$#ur ( Ÿwur (#qçRur$yès? n?tã ÉOøOM}$# Èbºurôãèø9$#ur 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# ( ¨bÎ) ©!$# ߃Ïx© É>$s)Ïèø9$# ÇËÈ   
Artinya :
"Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah , Sesungguhnya Allah amat berat siksaNya". (QS. AL Maidah : 2)[31]
                        Orang yang senang memberikan pertolongan, segala langkahnya akan mudah, pintu kebahagiaan akan terbuka baginya dan biasanya orang lainpun akan senang pula memberikan pertolongan kepadanya.
                        Bertolong-tolongan hendaklah dalam batas mengerjakan yang baik, mencari kebajikan dan jangan memberi pertolongan kepada perbuatan dosa. Memberikan pertolongan janganlah karena suatu pengharapan, tetapi ikhlas karena Allah semata dan mencari ridhoNya.

g. Adil
                        Yang dimaksud adil menurut Dr. Ahmad Muhammad Al Hufy ialah :
"Memberikan hak kepada yang berhak dengan tidak membeda-bedakan antara orang –orang yang berhak itu, yangbertindak terhadap orang yang bersalah sesuai dengan kejahatan dan kelalaianya tanpa mempersukar atau pilih kasih".[32]
                       
                        Sedangkan As'ad Yasin menjelaskan bahwa adil ialah :
"Berlaku tengah-tengah (tidak berlebih-lebihan dan mengurang-ngurangi) di dalam semua perkara, sesuai dengan tuntutan syari'at". [33]

                        Ayat-ayat Al-quran yang memerintahkan tentang keadilan banyak sekali, diantaranya firman Allah :
إن الله يأمركم أنتؤدواالأمانات إلى أهلها وإذاحكمتم بين الناس أن تحكموا بالعدل إن الله نعما يعظكم به إن الله كان سميعا بصيرا (النساء : 59)

Artinya :
"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan menyuruh kamu apabila menetapkan hokum diantara manusia supaya menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberikan pengajaran yang sebaik-baiknya kepada kamu, sesungguhnya Allah adalah maha mendengar lagi maha melihat".(QS. An Nisa' 58) [34]
                       
                        Memperhatikan ayat tersebut, maka dapat dipahami bahwa berlaku adil adalah wajib, baik untuk dirisendiri ataupun orang lain. Adalah merupakan pintu gerbang bagi orang yang akan masuk kekurangan taqwa ialah adil. Apabila didalam lalu lintas pergaulan hidup ini, masing-masing subjek berbuat sesuai dengan wewenang dan fungsinya, maka dapatlah diharapkan terwujudnya ketentraman didalam masyarakat.
                        Adil itu adalah pondasi kekuasaan. Sejarah menunjukkan bahwa yang menyebabkan punah dan hancurnya bangsa-bangsa dimasa silam adalah karena mereka tidak menegakkan neraca keadilan.
Labels: Pendidikan, Pengajaran

Thanks for reading Tujuan dan Macam Pendidikan Akhlak. Please share...!

Back To Top