Tinjauan
Tentang Test Formatif Dan Sumatif.
1. Pengertian, Tujuan Test Formatif Dan Sumatif Dalam Pengajaran.
a. Pengertian Test Formatif dan
sumatif
Masalah penilaian dlaam
pengakjaran sebenarnya telah lama dikenal oleh manusia. Hal ini disebabkan
karena manusia ingin mengetahui perkembangan proses belajar mengajar dan ingin
membuat suatu batasan tertentu.
Penilaian merupakan bagian terpenting dalam proses belajar
mengajar, karena dengan diadakannya penilaian dapatlah diketahui tingkat
keberhasilan duatu program, sekaligus juga dapat diukur hasil-hasil yang telah
dicapai oleh suatu program, seperti halnya penilaian yang didiakan setiap
jenjang pendidikan misalnya penilaian formatif, sumatif maupun evaluasi belajar
tahap akhir.
Penilaian menurut Nasrun Harahap adalah penilaian
tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan bahan
pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam
kurikulum.[1]
Sedangkan
yang diamksud dengan penilaian formatif
menurut Drs. Nana Sudjana dkk. Adalah:
Test formatif adalah test
yang dilaksanakan pada saat berlangsungnya proses pengajaran, khususnya pada
saat berakhirnya pengajaran.2
Test formatif ini
merumuskan:
Test formatif adalah test yang diberikan kepada murid setelah
penyajian satu satuan pelajaran berakhir.3
Sedangkan yang dimaksud
dengan penilaian sumatif menurut Drs. Nana Sudjana dkk. adalah:
Test sumatif adalah test yang dilaksanakan pada saat
satu satuan pengalaman belajar telah selesai.4
Menurut Dr. Suharsimi Arikunto test sumatif adalah:
Test sumatif adalah test yang dilaksanakan setelah
berakhirnya pemberian sekelompok program yang lebih besar.5
Jadi dengan uraian tersebut diatas dapatlah kita tarik
suatu pemahaman bahwa test formatif ini lebih diarahkan pada
pertanyaan-pertanyaan sampai dimanakah guru telah berhasil menyampaikan bahan
pelajaran kepada muridnya. Hasil penilaian oleh guru tersebut digunakan untuk
memperbaiki proses belajar mengajar. Sedangkan test sumatif ini sifatnya lebih
diarahkan pada pengukuran dan penilaian terhadap prestasi murid, sampai
dimanakah penguasaanya terhadap bahan pengajaran yang dijarkan selama priode
waktu tertentu.
b. Tujuan Test Formatif dan Sumatif
Test formatif dan sumatif adalah merupakan bagian dari pada sekian
banyak bentuk penilaian. Jadi dengan demikian tujuan test formatif dan tujuan
test sumatif adalah identik dengan tujuan penilaian pada umumnya. Mengingat
test formatif dan sumatif adalah merupakan kegiatan penilaian pada kegiatan
proses belajar mengajar yang mempunyai tujuan-tujuan tertentu.
Pada prinsipnya kegiatan penilaian yang dimaksudkan
untuk mengetahui hasil belajar murid selama mereka mengikuti program
pengajaran, yang diberikan dan untuk memperbaiki hasil belajar serta perbaikan
kegiatan proses belajar mengajar.
Oleh karena itu kegiatan penilai itu mempunyai tujuan
sebagai berikut:
-
Untuk memberikan dorongan utau motivasi belajar pada
murid.
-
Untuk memberikan dorongan utau motivasi belajar dengan
cara lain.
-
Dipergunakan sebagai kebutuhan bimbingan dengan
penyuluhan.
-
Sebagai bahan unutk memperbaiki pengajaran.6
Jadi jelasnya bahwa tujuan dari kegiatan penilaian
adalah untuk mengetahui kegiatan dan kelemahan murid dalam mempelajari suatu
pelajaran dalam rangka mengatasi ksulitan-kesulitan yang dihadapinya.
Dari data yang diperoleh juga dipergunakan sebagai data
informasi untuk kegiatan proses belajar mengajar apakah cukup baik atau masih
perlu perbaikan .Apabila masih perlu perbaikan, dari segi apa yang kurang baik
Harus ditelaah semuanya , apakah karena pemakain metode
, alat perlengkapan mengajar , gurukah
yang kurang menguasai bahan atau murid yang malas belajar , atau mungkin bahan
yang di tuangkan dalam kurikulum terlalu tinggi sehingga tidak dapat di jangkau
oleh pikiran anak didik sehingga , tujuan yang diharapkan tidak tercapai.
Bertitik tolak dari pemikiran diatas, maka tujuan
penilaian adalah untuk mengetahui perkembangan dan kemajuan hasil belajar siswa
setelah mengikuti program pengajaran yang disajikan, serta mengumpulkan data
dan informasi dalam rangka usaha kegiatan belajar mengajar untuk mencapai
tujuan yang ditetapkan dalam kurikulum.
1. Tujuan Penilaian formatif
adapun tujuan penilaian
formatif atau test formatif adalah:
Untuk mengetahui hingga dimana penguasaan murid tentang bahan
yang diajarkan dalam suatu program satuan pelajaran, apakah sudah selesai
dengan tujuan intruksional yang digariskan.7
2. Tujuan Penilaian Sumatif
Adapun tujuan penilaian
sumatif atau test sumatif adalah:
Untuk menetukan angka kemajuan / hasil belajar masing-masing
murid antara lain unutk pemberian laporan kepada orang tua, penetuan kenaikan
kelas dan penetuan lulus tidaknya murid.8
Jadi dengan uraian diatas
dapat kita simpulkan bahwa penelitian formatif adalah penilaian hasil belajar
jangka pendek. Yaitu evluasi hasil belajar pada setiap berakhirnya satu astuan
pelajaran yang hasilnya dapat digunakan sebagai bahan informasi perbaikan
proses belajar mengajar atau untuk
menyempurnakan program satuan pelajaran tersebut, sedangkan evluasi sumatif
adalah merupakan penilaian hasil belajar jangka panjang, yaitu penilaian hasil
belajar yang dilaksanakan yang dilaksanakan pada hasil catur wulan atau akhir
tahun ajaran dari keseluruhan progrm yang hasilnya adalah sebagai laporan
kepada orang tua, pedoman kenaikan kelas dan pedoman lulus tidaknya murid.
2. Test Formatif Dan Sumatif Sebagai Kerangka Evaluasi Pendidikan
Evaluasi
merupakan bagian terpenting dalam proses belajar mengajar, sebab dengan
diadakanya evaluasi dapatlah diketahui dan ditentukan tingkat keberhasilan
suatu program, sekaligus dapat juga diukur hasil-hasil yang dicapai oleh suatu
program.
Secara
garis besarnya maka alat evaluasi yang digunakan dapat digolongkan menjadi dua
macam, yaitu test dan bukan test (non test).9
a. Tehnik non test
yang tergolong pada teknik non test adalah:
1.
Sekala bertingkat (rating scale)
2.
Kuesioner (questionsir)
3.
Daftar cocok (chek-list)
4.
Wawancara (interview)
5.
Pengamatan (observation)
6.
Riwayat hidup10
b. Tehnik test
Adapun evaluasi atau penilaian yang tergolong teknik test ini
adalah:
1. Penilaian penempatan (placement test)
Test
penempatan ialah test yang bertujuan untuk melihat kemampuan yang telah
dimilikinya telah ada pada siswa. Hasil test penempatan dijadikan dasar dalam
memberikan pelajaran, memberikan bimbingan (batuan belajar), dan meramalkan
kesanggupan murid dalam penguasaan bahan pelajaran.11
Adapun pelaksanaan test penempatan ini pada umumya
dilaksanakan dalam bentuk protest, yaitu test pada murid sebelum bahan
pelajaran diberikan.
Melalui analisa atau kajian terhadap hasil pre-test ini
dapatlah diketahui:
-
apakah siswa telah memiliki kemampuan /keterampilan
yang diperlukan untuk mengikuti suatu program belajar.
-
Sampai dimana siswa telah mencapai tujuan pengajaran
yang telah di programkan dalam suatu pelajaran sebelum mereka menerima pelajran
baru.12
2. Penilaian Diagnostik
Test
diagnostik digunakan untuk mengetahui kesulitan belajar yang dialami.13 karena kesulitan yang dihadapi siswa
tidak sama, tersebar dalam berbagai bidang studi maka test diagnostik ini
digunakan dalam berbagai bidang studi. Pelaksanaan test ini dilaksanakan atas
dasar hasil test formatif.
Adapun
soal-soal untuk test dignostik ini biasanya didasarkan atas kesulitan-kesulitan
siswa dengan bentuk soal yang mudah.
Sedangkan
pelaksanaan test diagnostik ini bisa bersifat individual atau bisa bersifat
kelompok jika kesulitan itu dialami oleh semua anak.
Penggunaan
test diagnostik dalam kelas adalah
penting dalam rangka memberikan bimbingan dan bantuan kepada siswa yang
mengalami kegagalan.
3. Penilaian Formatif
Test
formatif adalah test yang dilaksanakan pada saat berlangsungnya proses
pengajaran khususnya pada saat berakhirnya pengajaran.14 oleh karena itu test formatif biasanya
diberikan pada setiap akhir unit pelajaran. Adapun tujuan diberikannya test formatif
ini adalah untuk mengontrol kemajuan belajar siswa selama proses belajar
berlangsung dan untuk memberikan umpan balik untuk penyempurnaan program
pengajaran..
Test
formatif berguna bagi guru dan murid terutama untuk memperbaiki proses belajar
mengajar. Adapun soal-soal test formatif mungkin mudah, mugnkin sedang atau
mungkin sukar tergantung pada tugas-tugas belajar, atau tujuan yang ingin
dicapainya dari suatu kegiatan kecil pengajaran yang dinilainya.
Dengan
demikian test yang diadakan oleh guru pada setiap akhir pelajaran sebenarnya
bukan menetapkan lulus tidaknya, atau untuk membuat siswa grade dalam
menentukan tingkat prestasinya, tetapi hendaknya dijadikan dasar untuk
mengadakan perbaikan dalam proses belajar mengajar selanjutnya.
4. Penilaian Sumatif
Test
sumatif dilaksanakan pada saat satuan pengalaman belajar telah selesai.15 dalam pengalaman disekolah, test
formatif dapat dilaksanakan dengan ulangan harian, sedangkan test sumatif ini
disamakan dengan ulangan umum yang biasanya dilaksanakan pada setiap akhir
catur wulan atau semester.
Tujuan
diadakannya test sumatif ini adalah untuk menetapkan siswa telah menguasai
sekumpulan tujuan pengajaran sehingga dapat ditetapkan tingkat hasil belajar
siswa yang selanjutnya dipakai sebagai dasar angka raport atau angka nilai
ujian pada STTB.
Sedangkan
hasil ini dapat juga dijadikan sebagai dasar proses belajar mengajar, namun
untuk jangka waktu yang panjang (tahunan).
Adapun
luas bahan test sumatif ini tentunya lebih banyak, sebab menyangkut program
jangka panjang, biasanya bentuk soalnya adalah obyektif test.
Dari
uraian tersebut diatas dapatlah kita simpulkan bahwa macam-macam evaluasi ada
dua yaitu teknik test dan teknik non test. Sedangkan teknik teknik test terbagi
menjadi empat yang anatara lain: test penempatan, test diagnostik, tests
formatif, dan test sumatif. Sedangkan teknik test terbagi menjadi enam yaitu
skala betingkat, kuesioner, daftar cocok, wawancara, pengamatan dan riwyat
hidup. Jadi dengan demikian dapatlah kita ketahui bahwa test formatif maupun
test sumatif adalah merupakan kerangka dari evaluasi pendidikan.
3. Fungsi
Test Formatif dan Sumatif Dalam Pendidikan
Untuk mengetahui keberhasilan terhadap kegiatan proses
belajar mengajar di suatu sekolah atau kelas, sangat diprlukan adanya kegiatan
penilaian tentang hasil kegiatan proses belajar mengajar tersebut. Oleh karena
itu penilaian memegang peranan dan fungsi penting dalam kegiatan proses belajar
mengajar.
Nasrun Harahap dkk. merumuskan tentang fungsi penilaian
sebagai berikut:
-
untuk memberikan umpan balik ( fied back ) kepada guru
sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar serta mengadakan
perbaikan program bagi murid.
-
Untuk memberikan angka yang tepat tentang kemajuan atau
hasil belajar dari setiap murid.
-
Untuk menempatkan murid di dalam situasi belajar
mengajar yang tepat, sesuai dengan tingkat kemampuan (karakteristik) lainnya
yang dimiliki oleh murid.
-
Untuk mengenal latar belakang ( psikologis fisik dan
lingkungan) murid yang mengalami kesulitan-kesulitan belajar, nantinya dapat
digunakan sebagai dasar dalam pemecahan kesulitan-kesulitan belajar.16
Test formatif dimaksudkan untuk memantau kemajuan belajar
siswa selama proses belajar mengajar berlangsung dan untuk memberikan balikan
bagi penyempurnaan program belajar mengajar, serta untuk mengetahui
kelmahan-kelemahan yang memerlukan perbaikan sehingga hasil belajar mengajar
menjadi lebih baik.
Adapun fungsi test formatif menurut Dr. Suharsimi Arikunto
dalam bukunya yang berjudul ”Dasar-dasar evaluasi pendidikan”, merumuskan
evaluasi formatif mempunyai manfaat:
a.
Manfaat bagi guru
Dengan telah mengetahui hasil test formatif yang diadakan
maka guru:
-
Mengetahui sejauh mana bahan yang diajarkan sudah dapat
diterima oleh sisiwa.
-
Mengetaahui bagian-bagian mana daari bahan pelajaran
yang belum menjadi milik siswa.
-
Dapat meramalkan sukses dan tidaknya seluruh program
yang akan diberikan.17
b. Manfaat bagi siswa
-
Digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai
bahan program secara menyeluruh.
-
Merupakan penguatan ( reinforcement ) bagi siswa.
-
Usaha perbaikan.
-
Sebagai diagnose.18
c. Manfaat bagi program
Setelah diadakan
test formatif maka diperoleh hasil, dari hasil tersebut dapat diketahui:
-
Apakah program yang telah diberikan merupakan program
yang tepat dalam arti sesuai dengan kecakapan anak.
-
Apakah program tersebut pengetahuan-pengehuan prasyarat
yang belum diperhitungkan .
-
Apakah diperlukan alat, sarana dan prasarana untuk
mempertinggi hasil yang akan dicapai.
-
Apakah metode, pendekatan dan alat evaluasi yang
digunakan sudah tepat.19
Sedangkan fungsi test sumatif dalam proses belajar mengajar
ada tiga fungsi terpenting antara lain:
-
Untuk menentukan nilai. Apabila test formatif terutama digunakan
untuk memberikan informasi demi
perbaikan penyampaian, dan tidak digunakan untuk perbaikan nilai atau tidak
digunakan untuk penentuan kedudukan seorang anak diantara teman-temannya (
grading ), maka nilai dari test sumatif ini di gunakan untuk menentukan
kedudukan anak. Dalam penentuan nilai ini setiap anak dibandingkan dengan
anak-anak lain. Asumsi yang mendasari pandangan ini adalah bahwa prestasi
belajar siswa-siswa dalam kelas akan tergambar dalam sebuah kurva normal…
-
Untuk menentukan seseorang dapat atau tidaknya
mengikuti kelompok dalam menrima progrram berikutnya…
-
Untuk mengisi catatan kemajuan belajar siswa yang akan
berguna bagi:
1.
Orang tua siswa.
2.
Pihak bimbingan dan penyuluhan disekolah.
3.
pihak-pihak lain apabila siswa tersebut akan pindah
kesekolah lain, akan melanjutkan belajar atau akan memasuki lapangan kerja.20
Agar
fungsi ini dapat berjalan dengan baik perlu dierhatikan hal-hal sebagai
berikut:
a.
Program berikutnya itu mempunyai hubungan dengan
pelajaran yang sudah ditempuhnya.
b.
Pelajaran berikutnya itu masih dalam hal metode dan
karakteristik siswa itu.
c.
Dapat dipergunakan menetukan bahan pelajaran
berikutnya.
d.
Sebagai bahan pertimbangan untuk menyempurnakan urutan
serta banyaknya bahan pelajaran dan metode yang dipergunakan dalam serangkaian
kegiatan Belajar Mengajar.
Menurut Ismed Syarif fungsi test sumatif adalah sebagai
berikut:
-
Untuk pengisisan raport.
-
Untuk penentuan kenaikan kelas.
-
Untuk penentuan lulus tidaknya murid ( ebta ).21
Dari uraian diatas, bahwa fungsi penilaian pada umumnya
merupakan suatu usaha untuk mengetahui penguasaan bahan pelajaran yang
diprogramkan dalam rangka membimbing pertumbuhan dan perkembangan siswa secara
individual maupun secara kelompok, sehingga dapat menetapkan kelemahan dan
kemampuannya serta untuk mengetahui bidang-bidang mana yang harus diperbaiki,
atau dirubah. Juga untuk menetukan dasar bagi perubahan dan penyempurnaan
sesuai dengan kemajuan dan perkembangan pendidikan. Dengan demikian dapat
terjangkau kebutuhan murid baik secara individual maupun secara kelompok yang
selaras dengan kematangan dan perkembangan anak didik.
B. Tijauan Tentang Al-Qur’an Hadits.
1. Bidang studi Al-Qur’an Hadits sebagai muatan kurikulum.
Al-Qur’an adalah merupakan sumber hukum yang pertama dan
utama dan Al-hadits adalah merupakan sumber hukum yang kedua sekaligus menjadi
penunjang untuk menjelaskan ayat-ayat yang bersifat global dalam Al-Qur’an
sehigga kedua sumber hukum tersebut saling berkaitan dan tidak dapat di
pisah-pisahkan antara yang satu dengan yang lainnya. Kedua sumber hukum
tersebut adalah merupakan rujukan bagi kita untuk kembali kepada jalan yang
benar dan di ridloi oleh Allah SWT. Sebagaimana telah dijelaskan oleh Allah
dalam firman-Nya:
$¯RÎ) ß`øtwU $uZø9¨tR tø.Ïe%!$# $¯RÎ)ur ¼çms9 tbqÝàÏÿ»ptm: ÇÒÈ
Artinya:
”Sesungahnya Kami telah menurunkan Al-Qur’an dan sesungguhnya Kami tetap
memeliharanya.22
Bertitik tolak dari ayat tersebut diatas sudah jelas bahwa Al-Qur’an
adalah merupakan suatu kitab suci yang sudah terjamin kemurniannya sebagai
sumber hukum yang siap mengantar manusia pada kesejahteraan di dunia dan di
akhirat.
Maka dari itu jelaslah bahwa Al-Qur’an dan Al-Hadits merupakan momentum
untuk menuju earah yang benar yang di ridloi oleh Allah SWT.
Pengajaran Al-Qur’an dan hadits di Madrasah Tsanawiyah merupakan langkah
lanjutan dalam usaha memberikan kemampuan kepada siswa unutk mempelajari,
meresapi dan menghayati isi kandungan Al-Qur’an dan hadits serta hikmah yang
terkandung didalamnya secara keseluruhan agar nantinya kedua sumber hukum Islam
tersebut (Al-Qur’an dan Hadits)dapat dijadikan sebagai landasan hidupnya. Sehubungan
dengan hal itu tersebut di atas Allah telah berfirman dalam Al-Qur’an surat
An-Nisa’ ayat 59 sebagai berikut:
bÎ*sù ÷Läêôãt»uZs? Îû &äóÓx« çnrãsù n<Î) «!$# ÉAqߧ9$#ur ÇÎÒÈ
Artinya:
…kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalilah ia
kepada Allah (Al-Qur’an) dan (Sunnah-Nya)….23
Berdasarkan keputusan Mentri Agama No.45 tahun 1987, struktur Program
Kurikulum Madrasah Tsanawiyah (Madrasah Menengah Tingkat Pertama) ada tiga
jenis program yaitu:
a.
Pendidikan Dasar Umum Yang Terdiri:
-
Qur’an Hadits
-
Aqidah Akhlaq
-
Fiqih
-
Pendidikan Moral Pancasila
-
Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa
-
Pendidikan Olah Raga Dan Kesehatan
-
Pendidikan Kesenian
b.
Pendidikan Dasar Akademik yang terdiri:
-
Sjarah Dan Kebudayaan Islam
-
Bahasa Indonesia
-
Bahasa Arab
-
Bahasa Ingris
-
Bahasa Daerah
-
Ilmu Pengetahuan Sosial
-
Matematika
-
Ilmu Pengetahuan Alam
1.
Biologi
2.
Fisika
c.
Pendidikan Keterampilan24
Berdasarkan pada uraiaan tersebut diatas jelaslah bagi kita bahwa
Al-Qur’an Hadits adalah merupakan salah satu bidang studi yang harus diberikan
atau disajikan kepada siswa ditingkat Madrasah Tsanawayih sebagai pendidikan dasar umum. Dengan
demikian bidang studi Al-Qur’an Hadits di tingkat Madrasah Tsanawiyah adalah
merupakan salah satu muatan kurikulum yang harus diberikan dan disajiakan
kepada anak didik.
2.
Dasar dan Tujuan Adanya Bidang Studi Al-Qur’an hadits.
Dasar dan tujuan adalah meupakan titik tolak dan pedoman di dalam
melaksanakan kegiatan. Oleh karena itu dasar dan tujuan itulah yang akan
mewarnai bentuk kegiatan yang akan dilaksanakan itu.
a.
Dasar-dasar adanya bidang studi Al-Qur’an Hadits adalah:
1.
Dasar relegius.
Allah
telah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Alaq ayat 1-5 yang berbunyi:
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ ù&tø%$# y7/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷èt ÇÎÈ
Artinya: Bacalah dengan mentebut nama tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah dengan nama tuhanmu yang paling pemurah.
Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dan mengajarkan manusia apa
yang tidak diketahuinya.25
Pada ayat tersebut diatas perintah membaca adalah merupakan wahyu pertama
yang diterima oleh nabi Muhammad SAW. Pada ayat diatas juga disebutkan bahwa
Allah SWT. Telah mengajar manusia dengan perantaraan kalam (pena).
Hal ini menunjukkan betapa pentingnya soal tulis baca bagi kehidupan
manusia karena bisa menulis dan membaca merupakan modal utama bagi seseorang
untuk mempelajari dan memperdalam ilmu pengetahuan. Dengan demikian ayat-ayat
tersebut diatas Allah SWT. menganjurkan pada kita selaku ummat Islam untuk giat
mempelajari serta memperdalam ilmu pengetahuan bagi kepentinagan hidaup dan
kehidupan manusia.
Al-Qur’an dan Hadits merupakan sendi-sendi kehidupaan yang paling
mendasar bagi ummat Islam dalam mengatur hidaup dan kehidupan. Oleh karena itu
sangat beralasan sekali bila pengajaran Al-Qur’an dan Hadits diberikan atau
disajikan dilembaga-lembaga pendidikan Islam seperti di Madrasah Tsanawiyah,
sesuai dengan tuntutan ayat tersebut.
2. Dasar
Ideal
Pelajaran Al-Qur’an Hadits adalah merupakan bagian dari pendidikan agama.
Dengan demikian dasar idealnya pelajaran Al-Qur’an Hadits adalah sama dengan
dasar ideal pendidikan agama.
Adapun dasar ideal pendidikan agama adalah falsafah pancasila. Secara
umum dasar pendidikan agama dinyatakan dalam undang-Undang Republik Indonesia
No.20 th.2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi: ”Pendidikan
nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945”26
Seperti yang dinyatakan diatas bahwwa pelajaran Al-Qur’an Hadits adalah
merupakan bagian dari pendidikan agama Islam. Sedangkan pendidikan agama Islam
merupakan sub sistem dari pendidikan nasional, maka dasar pendidikannya adalah
pancasila. Dengan demikian pendidikan di Indonesia dijiwai dan mencerminkan
identitas pancasila terutama sila kesatu yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Hal ini
berarti bahwa seluruh warga Indonesia harus percaya dan bertaqwa Kepada Tuhan
Yang Maha Esa sebagaimana ketetapan MPR.RI.NO.II/MPR/1988 yang berbunyi:
Atas
dasar kepercayaan bangsa Indonesia terhadap Tuhan Yang Maha Esa peri kehidupan
beragama dan peri kehidupan berkepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah selaras dengan penghayatan dan
pengamalan Pancasila.27
3.
Dasar Struktural / konstitusional
pelaksanaan Al-Qur’an Hadits yang merupakan bagian dari pendidikan agama
sebagaimana telah diuraikan diatas bahwa pelaksanaan pendidikan di Indonesia
selain berdasar pada falsafah Pancasila juga berdasar pada Undang-Undang Dasar
1945 sebagai dasar strukturalnya.
Dalam pasal 29 ayat 1dan 2, Undang-UndaangDasar 1945 menyatakan sebagai
berikut:
1.
Negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
2.
Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan beribadah menurut agamanya dan
kepercayaannya.28
Bunyi Undang-Undang Dasar 1945 tersebut diatas mengandung pengertian
bahwa warga negara republik Indonesia harus beragama, dalam arti orang-orang
ateis (Anti Tuhan) tidak boleh hidup di bumi Nusantara. Dan negara menjamin
kebasan beribadah dan melaksanakan ajaran agamanya sesuai dengan agama yang
diyakininya. Untuk melaksanakan ajaran-ajaran agama, maka pendidikan agama
harus dilaksanakan, sehingga apa yang dimaksud oleh pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945 pada alineaa keempat dapat terlaksana.
Sedangkan pelajaran Al-Qur’an Hadits yang merupakan sumber hukum Isalam
sangat wajar sekali kalau dilembaga-lembanga pendidikan Islam seperti di
Madrasah Tsanawiyah dijadikan sebagai salah satu bidang studi yang harus
disajikan kepada anak didik, agar anak didik sebagai pemeluk agama Islam dapat
menunjukkan sikap Islami baik melalui perkataan maupun perbuatan dalam
kehidupan sehari-harinya.
b.
Tujuan adanya bidang studi Al-Qur’an Hadits
Adapun tujuan
yang ingin dicapai dari bidang studi Al-Qur’an Hadits di tingkat Tsanawiyah
setelah siswa menamatkan pelajarannya diharapkan memiliki:
-
Kemapuan membaca Al-Qur’an secara fasih, tartil,
lancar, dan benar menurut ilmu tajwid.
-
Pengetahuan tentang ayat-ayat Al-Qur’an tertentu dan kemampuan untuk memahami
pokok-pokok isinya.
-
Kesadaran dan kemampuan untuk meyakini serta untuk
mengamalkan ajaran agama yang telah mereka pelajari.29
3. Metode Pengajaran Al-Qur’an Hadits
metode
adalah suatu cara untuk mendekatkan dalam pencapian tujuan yang telah
dirumuskan.
Dengan
demikian metode sangat dibutuhkan di dalam merealisasikan tujuan yang di
inginkan.
Metode
menurut WJS. Purwa Darminta adalah: ”cara yang telah teratur dan terpikir baik
dalam mencapai tujuan”.30 dengan
rumusan tersebut diatas maka eksistensi metode dalam proses pencapaian tujuan
pendidikan sama pentingnya dengan faktor-faktor pendidikan lainnya seperi
pendidik, materi, fasilitas dan lainnya.
Sebagaimana
telah diungkapkan bahwa tujuan pengajaran Al-Qur’an Hadits seperti tersebut
diatas maka usaha untuk mewujudkan tujuan tersebut, peranan pemakaian metode
yang tepat dan benar sangat memudahkan dalam pencpaiannya.
Dalam
pengajaraan Al-Qur’an Hadits metode yang biasa digunakan adalah metode ceramah,
metode tanya jawab, metode penugasan (resitasi), dan metode demontrasi.
Untuk
lebih jelasnya metode-metode seperti yang disebutkan diatas ini maka penulis
merasa perlu untuk menguraaaikannya sebagaimana dibawah ini.
a. Metode Ceramah
Metode
ceramah ialah suatu metode dalam pendidikan dimana cara menyampaikan
pengertian-pengertian materi kepada anak didik dengan jalan penerangan dan
penuturan secara lisan. Untuk penjelasan uraiannya, guru guru dapat menggunakan
alat-alat bantu mengajar yang lain misalnya:
gambar-gambar, peta, denah, dan alat peraga lainnya.31
Jadi jelasnya pada metode ini aktivitas ditekankan pada guru,
maka guru harus pandai memilih kata-kata sedemikian rupa sehingga dengan suara
yang cukup terang dapat menarik perhatian murid. Dengan demikian seorang guru
harus mampu memahami terhadap materi yang akan disampaikan kepada murid karena
kita tahu bahwa mendidik disamping sebagai suatu ilmu juga sebagai suatu
seni.dan perlu diketahui bahwa metode tersebut adalah metode yang paling tua yang
hampir semua materi dalam pendidikan dapat disampaikan dengan cara menggunakan
metode ceramah tersebut.
Begitu pula pada zaman para nabi untuk menyampaikan dakwahnya
beliau banyak menggunakan metode ceramah seperti yang telah dicontohkan oleh
nabi Musa AS. Sebelum menjlankan misinya beliau berdoa yang termaktub dalam
Al-Qur’an surat thoha ayat 25-28 yang berbunyi sebagai berikut:
tA$s% Éb>u ÷yuõ°$# Í<
Íô|¹ ÇËÎÈ ÷Åc£our þÍ<
ÌøBr& ÇËÏÈ ö@è=ôm$#ur Zoyø)ãã `ÏiB ÎT$|¡Ïj9 ÇËÐÈ (#qßgs)øÿt Í<öqs% ÇËÑÈ
Artinya:
25. Berkata Musa: "Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku
dadaku, 26. Dan mudahkanlah untukku urusanku, 27. Dan lepaskanlah kekakuan dari
lidahku, 28. Supaya mereka mengerti perkataanku.32
b. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab ialah penyampaian pelajaran dengan cara
guru mengajukan pertanyaan dan murid menjawab…33
Jadi jelas bahwa dalam prakteknya metode tanya jawab baik
murid maupun guru sama-sama aktif. Maka dari itu tidak menutup kemungkinan guru
sebagai pengendali di dalam pelaksanaan proses belajar mengajar harus dapat
mencari celah-calah yang ada pada murid agar perhatian murid dapat terangsang
sehingga dengan demikian tujuan pendidikan yang telah direncanakan dapat dapat
dicapai dengan baik. Begitu pula sehubungan dengan metode tanya jawab ini guru
harus dapat mencari waktu yang tepat kapan metode tersebut akan dipakai atau di
terapkan pada murid, karena kita tahu sifat dari metode diatas adalah sebagaia
persepsi, selingan dan evaluasi sampai sejauh mana murid dapat menangkap pelajaran
yang telah disampaikan oleh guru dan juga sebagai umpan balik bagi guru untuk
memperbaiki atau mencari cara yang tepat dalam menyampaikan materi pada murid.
c. Metode Penugasan (Resitasi)
Metode resitasi ini sering disebut metode pekerjaan rumah,
adalah murid diberi tugas khusus diluar jam pelajaran.34
Metode tersebut sering dipergunakan juga dalam bidang studi
Al-Qur’an Hadits yang bersifat peraktis seperti menghafal dan cara menulis yang
benar yang pada pertemuan berikutnya murid-murid disuruh mengumpulkan tugas
yang telah dikerjakan dirumahnya untuk dipertanggung jawabkan kepada guru yang
bersangkutan.
Dan perlu penulis jelaskan bahwa pelaksanaan ini anak-anak
mengerjakan tugasnya tidak hanya dirumah tapi dapat dikerjakan pula
diperpustakaan, dilaboratorium, dan lain sebagainya. Metode resitasi ini dapat
dipergunakan apabila guru menginginkan:
1.
Apabila guru mengharapkan agar semua pengetahuan yang
telah diterima anak lebih lengkap.
2.
untuk mengaktifkan anak-anak mempelajari sendiri suatu
masalah dengan membaca sendiri, mengerjakan soal-soal sendiri dan mencoba
sendiri mempraktekkan pengetahuannya.
3.
metode ini merangsang anak untuk lebih aktif dan rajin.35
d. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dimana seorang guru
atau orang lain yang sengaja diminta atau murid sendiri memperlihatkan pada
seluruh kelas tentang suatu proses atau suatu kaifiyah melakukan sesuatu.36
Adapun kaitannya dengan pelajaran Al-Qur’an Hadits
disekolah-sekolah guru dapat memperguanakan metode ini agar anak memiliki
keterampilan tertentu dan juga membantu memudahkan anak dalam memahami dengan
jelas suatu proses dengan penuh perhatian sebab lebih menarik. Karena dengan
mendemonstrasikan suatu pelajaran maka dapat dimungkinkan anak-anak lebih tekun
dan giat didalam mengikuti suatu mata pelajaran karena anak tidak merasa jenuh
dan anak dapat menghayati dengan sepenuh hati.
Dengan dilaksanakannya test formatif pada setiap akhir satu
satuan pelajaran dalam proses belajar mengajar sangat berpengaruh pada giatnya
belajar siswa karena hasil test formatif itu akan memberikan informasi pada
diri anak sampai sejauh mana materi yang telah diberikan itu. Disamping itu
hasil test formatif akan berpengaruh pula terhadap nilai yang diperoleh pada
test sumatif. Maka dari itu motivasi dari guru sebagai motivator sangat
diperlukan sekali. Karena gurulah yang memegang peranan penting sebagai
motivator disamping alat penunjang lainnya seperti adanya perpustakaan yang tersedia disekolah itupun juga sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam belajar.
Oleh karena itu dengan diadakannya test formatif pada setiap
saat maka sangatlah berpengaruh terhadap giatnya belajar siswa. Lebih sering
diadakan test formatif maka sering pula anak belajar, artinya dengan
diadakannya test formatif setiap saat, anak dengan sendirinya akan
mempersiapkan diri menghadapi soal-soal yang akan diujikan, sehingga anak-anak
tidak canggung lagi menghadapi soal-soal yang akan disajikan pada test-test
yang lain dan anak-anak akan lebih teliti lagi didalam menghadapi bentuk-bentuk
soal begitu pula dalam menjawabnya. Akibat seringnya siswa dilatih memahami
bentuk-bentuk soal dengan sendirinya siswa merasa wajib untuk lebih giat lagi
dalam belajarnya. Dengan bertamabah giatnya siswa belajar maka ia akan memperoleh
apa yang dicita-citakan tiu, maka belajar yang akan ditempuh oleh diri anak
tidak sia-sia karena anak dapat merasakan hasil dari giatnya anak belajar,
demikian halnya sang guru yang berperan sebagai motivator akan merasa puas dan
senang melihat anak didiknya memperoleh nilai yang tidak mengecewakan sehingga
guru tidak segan-segan untuk selalu meningkatkan cara mengajarnya dan guru
tersebut akan selalu mengoreksi diri untuk lebih meningkatkan kreativitasnya
dalam mengajar. Maka dari itu akan terjadilah gesekan-gesekan yang akan
menimbulkan keberhasilan mereka masing-masing baik sebagai anak didik maupun
sebagai guru didalam melaksanakan tugasnya masing-masing.
2. Munculnya Kelompok Belajar
Belajar kelompok adalah usaha bersama dari bebrapa individu
yang berusaha ingin mencapai tujuan, dalam usaha meraih prestasi yang optimal.
Belajar kelompok mempunyai peranan yang cukup penting, dimana dengan belajar
kelompok anak dapat bertukar pikiran, saling pengaruh mempengaruhi serta saling
mengisi antara yang satu dengan yang lainnya.
Namun untuk melaksanakan belajar secara kelompok ini biasanya
banyak kendala-kendala yang akan dihadapi anara lain:
1.
Kesesuaian waktu pagi para anggota agar mereka dapat
belajar bersama
2.
kesadaran bagi para siswa untuk dapat selalu berada dalam
kesatuan kelompoknya selama dalam belajar.
3.
kesukaran tempat, utamanya bagi mereka yang jarak
sekolahnya dan rumahnya jauh.
Adapun pengaruh hasil test formatif terhadap keberhasilan
siswa pada test sumatifnya adalah besar sekali, sebab dari hasil test formatif itu anak akan mengetahui terhadap
kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan yang ada pada dirinya. Kemudian
berangkat dari kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan itu, timbullah
keinginan dari diri anak untuk menutupi kekurangan dan kelemahan yang ada pada
dirinya itu dapat ditutup oleh teman-temannya yang lain.
3. Siswa Lebih Mantap Dalam Memahami Bidang Studi Al-Qur’an
Hadits
Dalam proses belajar mengajar mengandung suatu arti adanya
kegiatan interaksi dari tenaga pengajar (guru) sebagai pelaksana tugas pengajar
disatu pihak dengan warga belajar (siswa atau anak didik) di pihak lain.
Interaksi antara guru dengan anak didik (murid) diharapkan merupakan proses
motivasi. Maksudnya bagaimana dalam proses belajar mengajar itu guru sebagai motivator
mampu memberikan dan mengembangkan serta menyampaikan bahan pelajaran kepada
anak didik agar anak didik dapat melakukan belajar secara optimal supaya anak
lebih mantap dalam memahami bahan pelajaran khususnya memahami isi dan kandugan
Al-Qur’an Hadits.
Sehubungan dengan pengembangan motivasi belajar siswa, para
guru terutama guru bidang studi Al-Qur’an Hadits telah mengadakan usaha dengan
berbagai cara yang ditempuh, salah satu diantaranya ialah dengan jalan
mengadakan test formatif pada setiap akhir satu satuan pelajaran. Cara ini
banyak membantu siswa untuk belajar lebih giat lagi dan pihak guru juga
berusaha memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada pada dirinya sehingga
proses belajar mengajar berjalan dengan penuh gairah antara siswa saling tunjang
menunjang pencapaian tujuan yang diharapkan.
Berkaitan dengan pelaksanaan test formatif yang dilaksanakan
pada setiap akhir satu satuan pelajaran untuk merangsang sisiwa agar selalu
belajar bahkan diharapkan oleh guru khususnya dan sekolah umumnya untuk merubah
cara belajar khususnya dalam bidang studi Al-Qur’an Hadits agar siswa lebih
mantap didalam memahami isi dan
kandungan Al-Qur’an Hadits. Maka dari itu pihak guru khususnya dan sekolah
umumnya berkewajiban mempermudah dan membangkitkan motivasi belajar siswa
dengan jalan memahmi fasilitas dan kebutuhan belajar lainnya, yang semuanya
dilokasi penelitian yakni MTs. Khairul Muttaqin Banaresep Timur masih dalam
tahap penyempurnaan.
Jadi pelaksanaan test formatif utamanya dilokasi penelitian
mempunyai dampak positif dalam proses belajar, dengan adanya kenyataan siswa
telah menempuh berbagai macam cara belajar untuk meraih apa yang
dicita-citakan.
Dengan berbagai macam cara belajar yang ditempuh oleh siswa,
akhirnya siswa dapat merasakan hasil usahanya itu yaitu dengan mereka lebih
mantap dalam memahami isi dan kandunganAl-Qur’an Hadits yang diberikan
kepadanya.
Labels:
Pendidikan,
Pengajaran
Thanks for reading Pengertian, Tujuan Tes Formatif Dan Sumatif Dalam Pengajaran. Please share...!