Pengertian dan Bentuk bentuk Ibadah
Secara
etimologis, ibadah dapat diartikan “do’a”, sesuai dengan firman Allah swt. dalam surat al-Mukmin: 60.
وقال
ربكم ادعونى استجب لكم ان الذين يستكبرون عن عبادتي سيدخلون جهنم داخرين
Artinya: “Dan Tuhanmu berfirman:
“Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Ku-perkenankan bagimu. Sesungguhnya
orang-orang yang menyombongkan diri dari berdo’a kepada-Ku akan masuk neraka
jahannam dalam keadaan hina dina”.[2]
Ia juga dapat dimaknai sebagai “ketaatan
atau ketundukan (tha’ah)”,[3]
sebagaimana firman Allah swt. Dalam surat Yasin: 60.
الم اعهد اليكم يبني ادام ان لاتعبدو الشيطن انه لكم عدومبين
Artinya: “Bukankah Aku telah
memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya tidak menyembah syaitan?
Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu”.[4]
Dari makna di atad dapat dikatakan bahwa
setiap ketaatan atau ketundukan yang tidak ada ketundukan lagi di atasnya
merupakan ibadah. Dengan kata lain, setiap ketaatan kepada Allah dengan penuh
tunduk dan merendahkan diri merupakan ibadah. Ibadah merupakan suatu bentuk
ketundukan yang mana tidak berhak atasnya kecuali Sang Pemberi Nikmat yang
berupa kenikmatan tertinggi, seperti kehidupan, pemahaman, pendengaran, dan
penglihatan.
Sebuah ketundukan berupa pengakuan terhadap
Rububiyyah (Allah sebagai Pencipta dan Pemberi rezki) tidaklah cukup, ketundukan
berupa permohonan pertolongan kepada Allah dalam kesusahan serta permohonan
bantuan dalamkepayahan tidaklah cukup, dan semua itu harus disertai dengan
ketundukan berupa penghambaan diri,
ketaatan, dan kepatuhan yang merupakan hak Ilahiyah. Tegasnya, menurut
Bousquet, ibadah merupakan “kepatuhan total”,[5]
yang kemudian dipraktekkan dalam sebuah “penyembahan”.[6]
Secara terminologis dapat disajikan bahwa
ibadah adalah “segala perbuatan yang didasari ketaatan mengerjakan perintah-Nya
dan menjauhi larangan-Nya”.[7]
Senada dengan hal itu, Majlis tarjih
Muhammadiyah mendefinisikan ibadah sebagai “ber-taqarrub (mendekatkan
diri kepada Allah) dengan mentaati segala perintah-Nya, menjauhi segala
larangan-Nya dan mengamalkan segala yang diizinkan-Nya”.[8]
Ini berarti bahwa harus ada komitmen dengan
apa yang disyari’atkan Allah dan diserukan oleh para rasul-Nya baik berupa
perintah maupun larangan, penghalalan maupun pengharaman. Inilah yang merupakan
unsur ketaatan dan ketundukan kepada Allah.
Dasar dari semuanya adalah perasaan
pribadi untuk membutuhkan kepada yang
menguasai bahaya, manfaat, kematian dan kehidupan, yang memiliki penciptaan dan urusan, yang
berada di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu. Perasaan akan kelemahan di
hadapan Tuhan yang memiliki segala kekuatan. Perasaan akan kebodohan di hadapan Tuhan yang pengetahuan-Nya
meliputi segala sesuatu. Perasaan akan ketidakberdayaan di hadapan Tuhan yang memiliki segala kemampuan. Ringkasnya,
perasaan penghambaan makhluk fakir di hadapan Tuhan yang memiliki segala
sesuatu dan mengatur segala urusan.
Semakin manusia bertambah pengetahuannya akan
dirinya dan akan Tuhannya, maka bertambah jelas dan kuatlah perasaan ini dan
menjadi semakin kuatlah keinginan untuk bersandar kepada-Nya, memohon
kepada-Nya, dan bersimpuh di pintu-Nya untuk bermunajat.
Dalam kategorisasi salaf, ibadah secara umum
di bagi ke dalam dua bagian, yaitu “ibadah mahdhah dan ghayru mahdhah”.[9] Ibadah
mahdhah yang dimaksud adalah ibadah khusus atau ibadah murni,
yakni suatu ibadah yang semata-mata untuik ibadah. Yang masuk ke dalam kategori
ini adalah “syahadat, shalat, puasa, haji, dan zakat”,[10]
dengan urutan nilai kemurnian ibadahnya. Artinya syahadat adalah ibadah yang
paling murni, sedangkan zakat adalah paling dekat dengan dimensi sosial, lantaran
memiliki dampak sosial secara langsung. Demikian pula, salat lebih murni
ketimbang puasa. Dan demikian seterusnya.
Ibadah mahdhah juga disamakan dengan
ritual, dalam arti ritual islam[11]
yang berpusat pada rukun Islam yang lima. Dalam hal ini, rukun Islam dipandang
sebagai intisari hukum Islam yang dipraktekkan dalm aktifitas ritual. Lima
rukun Islam yang menjadi bagian integral dari sistem keyakinan dan penerapan
pernyataan syahadat merupakan kewajiban setiap individu, di luar etika umum dan
aturan tentang hubungan pribadi.
Di sisi lain, banyak juga kalangan muslim
yang menyatakan bahwa praktik-praktik tambahan di luar rukun Islam ini bukan termasuk ibadah atau ritual Islam.
Mereka bahkan mencela praktik-praktik tersebut sebagai bid’ah dan orang
yang melakukannya dipandang berbuat dosa.
Sedangkan ibadah ghayru mahdhah adalah
“ibadah umum, yakni kegiatan pengabdian
yang secara tidak langsung tertuju kepada Allah”.[12]
Ia mencakup pergaulan yang baik dan
menunaikan hak-hak para hamba Allah, seperti berbakti kepada kedua orang tua,
menyambung tali silaturrahmi, berbuat baik kepada anak yatim, orang miskin, dan
musafir, mengasihi kaum lemah dan
menyayangi binatang.
Bahkan ia juga mencakup suatu perkara yang sangat penting dan perlu dalam kehidupan materi manusia,
yakni mendayagunakan sarana dan memperhatikan hukum-hukum yang telah ditetapkan
oleh Allah swt. Pada alam. Dalam hal ini, Ibn Taymiyyah, sebagaimana disitir
oleh Yusuf Qardhawy, mengatakan bahwa “segala sesuatu yang diperintahkan Allah
kepada hamba-hamba-Nya dari berbagai sarana (untuk mendayagunakannya) merupakan
suatu ibadah”.[13]
Dengan demikian, sesungguhnya, Islam telah membuka peluang ibadah dan
memperluas ruang lingkupnya, yang mencakup banyak amal yang tidak
terlintas di benak orang bahwa agama
menjadikannya sebagai ibadah dan
pendekatan diri kepada Allah. Sesungguhnya setiap amal sosial yang bermanfaat,
Islam memandangnya sebagai suatu ibadah
yang termasuk paling mulia selama niat pelakunya adalah baik, tidak
memburu pujian dan mencari nama yang semu (reputasi) di tengah-tengah
masyarakat.
Setiap amal perbuatan manusia untuk menghapuskan
air mata orang yang ditimpa kesedihan, meringankan penderitaan orang yang
kemalangan, membalut luka orang yang tertimpa bencana, memenuhi hajat orang
tidak punya, menolong orang yang teraniaya, menyadarkan ketergelinciran orang
yang diperdaya syaitan, dan sebagainya
merupakan suatu ibadah dan amal taqarrub kepada Allah jika
niatnya dalam hal itu adalah benar.
Labels:
Pendidikan,
Pengajaran
Thanks for reading Pengertian dan Bentuk bentuk Ibadah. Please share...!