Informasi Lengkap tentang pendidikan dan Pengajaran serta cara belajar mengajar di sekolah

Tinjauan tentang Membaca al-Qur’an


Tinjauan tentang Membaca al-Qur’an

Sebagaimana penjelasan terdahulu bahwa Al-Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad dan Al-Qur’an juga mengandung ibadah bagi orang yang membacanya. Di samping Al-Qur’an merupakan ibadah, juga mempunyai keutamaan antara lain sebagai berikut:
1.      Al-Qur’an merupakan salah satu rahmat dan petunjuk bagi manusia.
Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan Allah kepada nabi Muhammad SAW, sebagai salah satu rahmat yang tiada taranya bagi alam semesta. Di dalamnya terkumpul wahyu yang menjadi petunjuk, pedoman, dan pelajaran bagi siapapun yang mempercayainya. Firman Allah Q.S. Yunus: 57,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءتْكُم مَّوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَشِفَاء لِّمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّلمُؤْمِنِينَ  

Artinya: Hai Manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Q.S. Yunus: 57).

Petunjuk yang dimaksud adalah petunjuk agama, atau yang biasa juga disebut syari’at. Dari syari’at ditemukan sekian banyak dari rambu-rambu jalan: ada yang berwarna merah yang berarti larangan; ada yang berwarna kuning, yang memerlukan kehati-hatian; dan ada yang hijau warnanya, yang melambangkan kebolehan melanjutkan perjalanan. Ini semua persis sama dengan lampu-lampu lalu lintas. Lampu merah tidak memperlambat seseorang sampai ke tujuan. Bahkan ia merupakan salah satu faktor utama yang memelihara perjalanan dari mara bahaya. Demikian juga dengan larangan-larangan agama.
Bukan itu saja, Al-Qur’an adalah kitab suci yang paling penghabisan diturunkan oleh Allah yang paling sempurna dibandingkan dengan kitab-kitab suci sebelumnya.
Karena itu setiap orang yang mempercayai Al-Qur’an akan bertambah cinta kepadanya, cinta untuk membaca, mempelajari, memahami serta mengamalkan sampai merata rahmatnya dirasai dan dikecap oleh penghuni alam semesta.
2.      Membaca Al-Qur’an termasuk amal kebaikan yang mendapat pahala dengan berlipat ganda.
Setiap mukmin yakin bahwa membaca Al-Qur’an saja sudah termasuk amal yang sangat mulia dan akan mendapat pahala yang berlipat ganda, sebab yang dibaca itu adalah kitab suci ilahi. Al-Qur’an adalah sebaik-baik bacaan bagi orang mukmin, baik dikala ia senang atau susah, dikala gembira ataupun dikala sedih.
Dalam sebuah hadits Rasulullah menjelaskan tentang pahala orang yang membaca Al-Qur’an:
اَلْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ ألْكِرَامِ الْبَرَرَةِ. وَالَّذِى يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتتََعْتَعُ فِيْهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّّّ لَهُ أَجْرَانِ (رواه مسلم)
Artinya: “Orang yang membaca Al-Qur’an, lagi pula ia mahir, kelak mendapat tempat di dalam surga bersama dengan rasul-rasul yang mulia lagi baik, dan orang yang membaca Al-Qur’an, tetapi tidak mahir. Membacanya tertegun-tegun dan tampak agak berat lidahnya (belum lancar), dia akan mendapatkan dua kali lipat pahala.” (H.R. Muslim).

3.      Membaca Al-Qur’an menjadikan obat dan penawar bagi orang yang jiwanya gelisah.
Membaca Al-Qur’an bukan saja merupakan ibadah, tetapi juga menjadi obat penawar bagi orang yang gelisah hatinya. Maka dari itu tidak mengherankan lagi membaca Al-Qur’an bagi setiap muslim di manapun ia berada telah menjadi tradisi. Keutamaannya telah dikenal luas, dapat mendatangkan ketenangan dan kedamaian jiwa. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S Al-Fusshilat: 44
وَلَوْ جَعَلنَاهُ قُرْآناً أَعْجَمِيّاً لَّقَالُوا لَوْلاَ فُصِّلَتْ آيَاتُهُ أَعْجَمِيٌّ وَعَرَبِيٌّ قُل هُوَ لِلَّذِينَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاء وَالَّذِينَ لاَ يُؤْمِنُونَ فِي آذَانِهِمْ وَقْرٌ وَهُوَ عَلَيْهِمْ عَمًى أُوْلَئِكَ يُنَادَوْنَ مِن مَّكَانٍ بَعِيدٍ

Artinya: “Dan Jikalau Kami jadikan Al Quran itu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah mereka mengatakan: "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?" Apakah (patut Al Quran) dalam bahasa asing sedang (Rasul adalah orang) Arab? Katakanlah: "Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin. dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al Quran itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah (seperti) yang dipanggil dari tempat yang jauh". (Q.S. Al-Fusshilat: 44).

Dalam sebuah hadits Rasulullah menjelaskan bahwa Allah akan memberikan rahmatnya bagi orang-orang yang membaca Al-Qur’an, termasuk di dalamnya tempat yang digunakan untuk membaca Al-Qur’an, baik masjid, mushalla, surau, dan lain sebagainya.
اَلْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ أَلْكَرَامَةِ اَلْبَرَارَةِ وَالَّذِى يَقْرَأُ الْقُرْآنِ وَيَتَعْتَعُ فِيْهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّّّ لَهُ أَجْرَانِ (رواه مسلم)
Artinya: “Orang yang membaca Al-Qur’an, lagi pula ia mahir, kelak mendapat tempat di dalam surga bersama dengan rasul-rasul yang mulia lagi baik, dan orang yang membaca Al-Qur’an, tetapi tidak mahir. Membacanya tertegun-tegun dan tampak agak berat lidahnya (belum lancar), dia akan mendapatkan dua kali lipat pahala.” (HR. Bukhari Muslim).

Dari beberapa pemaparan dia atas, maka Al-Qur’an harus disosialisasikan, diajarkan pada seluruh manusia, baik untuk peserta didik maupun masyarakat umum. Mengajarkanya Al-Qur’an kepada orang lain itu merupakan pekerjaan yang mulia menurut ajaran Islam, maka dari itu banyak orang yang sudah mahir membaca Al-Qur’an mengajarkanya kepada orang yang buta Al-Qur’an, sehingga banyak metode yang digunakan para ustadz/guru mengaji untuk mengajarkan Al-Qur’an kepada murid atau santrinya.
Demikian pula belajar melagukan Al-Qur’an, di Indonesia bukan lagi merupakan hal yang asing. Melagukan ayat-ayat suci Al-Qur’an sudah dibudayakan melalui Musabaqah Tilawat Al-Qur’an. Kegiatan ini diselenggarakan oleh pemerintah mulai tingkat kecamatan sampai dengan tingkat nasional/Negara. Sehingga muncullah qari’/qari’ah handal yang mampu menjuarai bukan saja tingkat nasional, tetapi juga tingkat internasional. Kegiatan melagukan Al-Qur’an tersebut dimulai dari anak-anak usia TK, SD, SMP, SMU, sampai perguruan tinggi. Bahkan pada orang cacatpun acara semacam ini juga tidak asing lagi, seperti tuna netra dan lain sebagainya.
4.      Al-Qur’an terjaga keasliannya sepanjang masa
Al-Qur’an al-Karim memperkenalkan dirinya dengan berbagai ciri dan sifat. Salah satunya adalah bahwa ia merupaan kitab Allah yang keotentikannya dijamin oleh Allah, dan ia adalah kitab yang selalu dipelihara. Firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Hijr ayat 9 berbunyi:
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ


Artinya: “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar akan memeliharanya”.(Q. S. Al-Hijr: 9).

Demikianlah Allah menjamin keotentikan Al-Qur’an, jaminan yang diberikan atas dasar Kemahakuasaan dan KemahatahuanNya, serta berkat upaya-upaya yang dilakukan oleh makhluk-makhlukNya, terutama oleh manusia.
Di samping itu, ada beberapa faktor (baca: bukti kesejarahan) pendukung atas keaslian Al-Qur’an sebagaimana yang dikatakan oleh Quraish Shihab:
Pertama, masyarakat Arab yang hidup pada masa turunnya Al-Qur’an, adalah masyarakat yang tidak mengenal baca tulis. Karena itu, satu-satunya andalan mereka adalah hafalan. Dalam hal hafalan, orang Arab -bahkan sampai kini- dikenal sangat kuat. Kedua, masyarakat Arab khususnya pada masa turunnya Al-Qur’an- dikenal sebagai masyarakat sederhana dan bersahaja. Kesederhanaan ini menjadikan mereka memiliki waktu luang yang cukup, disamping menambah ketajaman pikiran dan hafalan. Ketiga, masyarakat Arab sangat gandrung lagi membanggakan kesusastraan; mereka bahkan melakukan perlombaan-perlombaan dalam bidang ini pada waktu tertentu. Keempat, Al-Qur’an mencapai tingkat tertinggi dari segi keindahan bahasanya dan sangat mengagumkan bukan saja bagi kaum mukmin, tetapi juga orang kafir. Berbagai riwayat menyatakan bahwa tokoh-tokoh kaum musyrik seringkali secara sembunyi-sembunyi berupaya mendengarkan ayat-ayat Al-Qur’an yang dibaca oleh kaum muslim. Kaum muslim, di samping mengagumi keindahan bahasa Al-Qur’an, juga mengagumi kandungannya serta meyakini bahwa ayat-ayat Al-Qur’an adalah petunjuk kebahagiaan dunia akhirat. Kelima, Al-Qur’an, demikian pula Rasulullah SAW, menganjurkan kepada kaum muslim untuk memperbanyak membaca dan mempelajari Al-Qur’an dan anjuran tersebut mendapat sambutan yang hangat. Keenam, ayat-ayat Al-Qur’an yang turun berdialog dengan mereka, mengomentari keadaan dan peristiwa-peristiwa yang mereka alami, bahkan menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka. Di samping itu, ayat Al-Qur’an turun sedikit demi sedikit. Hal itu lebih mempermudah pencernaan maknanya dan proses penghafalannya. Ketujuh, dalam Al-Qur’an, demikian pula dalam hadis-hadis nabi, ditemukan petunjuk-petunjuk yang mendorong para sahabatnya untuk selalu bersikap teliti dan hati-hati dalam menyampaikan berita lebih-lebih kalau berita tersebut merupakan Firman-firman Allah atau sabda Rasul-Nya. (Quraish Shihab, 2003: 23-24).

Dengan bukti-bukti di atas, setiap muslim percaya bahwa apa yang dibaca dan didengarnya sebagai Al-Qur’an tidak berbeda sedikitpun dengan apa yang pernah dibaca oleh Rasulullah, dan yang didengar serta dibaca oleh para sahabat nabi.
Labels: Pendidikan, Pengajaran

Thanks for reading Tinjauan tentang Membaca al-Qur’an. Please share...!

Back To Top